ASI: Tindakan besar dari tiga raksasa AI, apakah akan mengubah aturan main AI?

Belakangan ini, dunia kripto kembali menunjukkan aksi baru—tiga proyek yaitu Fetch.ai, SingularityNET, dan Ocean Protocol bergabung membentuk sebuah entitas bernama ASI (Aliansi Superinteligensi). Ini bukan sekadar kerja sama biasa, melainkan penggabungan token langsung, menciptakan ekosistem yang terintegrasi. Singkatnya, mereka berusaha melawan monopoli AI oleh raksasa teknologi secara desentralisasi.

Rincian Penggabungan Token (Ini Sangat Penting)

Tiga proyek ini menggabungkan token mereka dengan rasio berikut untuk membentuk $ASI:

• 1 $FET = 1 $ASI
• 1 $AGIX = 0.433350 $ASI
• 1 $OCEAN = 0.433226 $ASI

Proses penggabungan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama (dimulai 1 Juli) adalah menggabungkan sementara $AGIX dan $OCEAN ke dalam $FET, dengan bursa tetap menggunakan nama $FET , namun fungsi deposit dan withdrawal-nya ditutup. Tahap kedua adalah peluncuran resmi token $ASI yang akan meng-upgrade Fetch.ai menjadi jaringan ASI, mendukung jembatan lintas rantai dan kompatibilitas EVM. Proses ini dirancang cukup matang, berusaha memastikan pengalaman pengguna tidak terganggu.

Tim Pimpinan yang Kuat

CEO-nya adalah Ben Goertzel, terkenal sebagai pendukung AGI (Artificial General Intelligence) dan juga ilmuwan utama di Hanson Robotics. Ketua mereka adalah Humayun Sheikh, salah satu investor awal di DeepMind. Ocean Protocol mengirim Bruce Pon dan Trent McConaghy—yang satu fokus pada data desentralisasi, yang lain pakar algoritma AI. Ditambah lagi, SingularityNET menugaskan Janet Adams sebagai direktur operasional. Kombinasi ini menunjukkan mereka serius mengerjakan proyek ini.

Strategi Mereka

Inti dari ASI adalah: Mengambil kembali AI dari tangan raksasa teknologi. Setelah bergabung, mereka akan mengintegrasikan riset, teknologi, dan produk untuk membangun infrastruktur AI yang benar-benar desentralisasi. Mereka mengklaim akan menyediakan alat AI terdepan bagi masyarakat umum dan komunitas, agar manfaat AI tidak lagi didominasi oleh OpenAI, Google, dan pemain besar lainnya.

Secara teori, ini terdengar bagus, tapi implementasinya penuh tantangan: pertama, pengelolaan dan koordinasi platform desentralisasi sangat kompleks; kedua, regulasi AI saat ini sedang kacau, dan kebijakan di berbagai negara belum jelas. Tapi jika berhasil, pengaruhnya bisa besar—berpotensi mengubah lanskap kompetisi industri AI.

Pengamatan Kunci

Dari sudut pandang blockchain dan ekosistem, penggabungan ini memiliki makna:

1. Komplementaritas Teknologi: Fetch.ai dengan jaringan agen otonom + SingularityNET dengan pasar AI terdistribusi + Ocean Protocol dengan layer transaksi data, membentuk tumpukan AI desentralisasi yang cukup lengkap.
2. Peningkatan Likuiditas Setelah Penggabungan Token: Token tunggal lebih mudah didukung bursa dan memudahkan interaksi lintas proyek dalam ekosistem.
3. Risiko Pengelolaan: Setelah penggabungan, bagaimana mereka menyeimbangkan kekuasaan dan kepentingan jangka panjang dari ketiga pihak akan menjadi ujian.

Secara keseluruhan, ASI bukan sekadar token konsep AI biasa, melainkan sebuah ekosistem yang didukung teknologi nyata dan aplikasi konkret. Hasilnya masih harus dilihat dari eksekusi ke depannya, tapi setidaknya dalam hal melawan AI yang terpusat, aliansi ini menunjukkan tekad yang nyata.

Yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah progres tahap kedua dan apakah ekosistem baru ini mampu menarik pengembang dan pengguna untuk bergabung.