Belakangan ini banyak trader membahas satu pertanyaan yang sama: Jepang hanya melakukan penyesuaian kecil pada kebijakan suku bunga, mengapa pasar global bereaksi begitu keras?

Ngomong-ngomong, hal ini sebenarnya tidak ada hubungannya langsung dengan kekuatan nasional. Jepang juga tidak menjadi lebih kuat karena itu. Tapi masalahnya adalah, langkah ini secara langsung mengubah logika aliran dana global.

Untuk memahami ini, kita harus melihat pola Jepang di masa lalu. Selama lebih dari dua dekade, Bank Sentral Jepang terus menahan suku bunga di dekat nol, bahkan pernah menerapkan suku bunga negatif. Ini bukan berarti orang biasa tidak membayar bunga saat meminjam uang, tapi yang penting adalah lembaga keuangan besar dan modal internasional bisa meminjam yen dalam jumlah besar dengan biaya yang hampir gratis.

Dengan yen yang hampir gratis ini, orang-orang pintar bagaimana beroperasi? Pola yang sangat sederhana: pinjam yen → tukar ke dolar → beli aset di seluruh dunia. Bitcoin, emas, saham AS, apapun yang bisa mengapresiasi nilainya, tidak akan dilewatkan.

Logika inti dari permainan ini sangat jelas: selama aset yang dibeli naik nilainya, dan biaya pinjam uang mendekati nol, transaksi ini bisa dilakukan terus-menerus dan skala semakin besar. Perkiraan industri menunjukkan bahwa total dana arbitrase semacam ini sudah mendekati 4 triliun dolar AS.

Kamu bisa membayangkan yen sebagai sebuah gerbang utama dari sistem keuangan global.

Sekarang Jepang mulai berbalik arah, entah itu menaikkan suku bunga langsung atau memberi sinyal kenaikan, hasilnya adalah yen mungkin menguat. Bagi lembaga yang meminjam yen, tekanan untuk melunasi utang langsung meningkat—yen yang mereka pinjam tiba-tiba menjadi lebih berharga.

Respon pasar akan sangat langsung: jual Bitcoin, emas, saham AS yang dimiliki, dan tukar semuanya ke yen, untuk menyeimbangkan neraca dulu. Kalau aset yang kamu miliki turun nilainya sekaligus? Bukan karena aset tersebut bermasalah, tapi karena dana bersama yang sebelumnya mendorong kenaikan aset tersebut sedang ditarik secara besar-besaran.

Sekarang, mengapa pasar begitu tegang? Pada akhirnya, Jepang sendiri terjebak dalam dilema. Di satu sisi, yen yang terus melemah berarti harga impor semakin mahal, dan konsumen domestik tidak mampu menanggungnya; di sisi lain, utang pemerintah Jepang sangat besar, begitu suku bunga dinaikkan, biaya bunga utang akan menjadi beban yang sulit ditanggung.

Jadi, pilihan apa pun sulit: jika tidak menaikkan suku bunga, tekanan terhadap kehidupan rakyat domestik akan besar; jika menaikkan suku bunga, pasar global akan berguncang. Yang benar-benar membuat orang berkeringat dingin bukanlah bagaimana ekonomi Jepang sendiri akan berjalan, melainkan jika dana murah sebesar 4 triliun dolar itu secara kolektif berbalik arah, berapa banyak aset yang akan hancur.

Pada akhirnya, apakah Jepang menaikkan suku bunga atau tetap diam, keputusan ini bukan hanya urusan Jepang sendiri. Ini tergantung pada apakah "air hidup yen murah" yang sudah berlangsung lebih dari dua dekade masih bisa terus mengalir. Jika benar-benar menutup keran, aset yang paling membesar gelembungnya pasti akan langsung jatuh.