Belakangan ini, pasar logam mulia global meledak. Emas dan perak sama-sama mencetak rekor baru, investor mulai menilai kembali nilai aset yang dianggap aman.

Mari kita lihat seberapa gila data ini: harga emas melonjak 2,43% dalam satu hari, mencapai 4467,63 dolar AS per ons, dengan total kenaikan tahunan mencapai 70%. Perak bahkan lebih ganas, naik 2,77% menjadi 69,36 dolar AS, melonjak 139% sepanjang tahun! Kenaikan seperti ini tidak sering terjadi dalam sejarah.

Faktor-faktor yang mendorong tren ini sebenarnya sangat jelas. Ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve meningkat, bank sentral global melepaskan sinyal pelonggaran, ditambah dengan meningkatnya konflik geopolitik dan kekhawatiran utang di berbagai negara, sehingga dana pelindung mengalir deras ke pasar logam mulia. Institusi juga optimis terhadap pasar mendatang — Goldman Sachs mengeluarkan pandangan, memprediksi bahwa harga emas dapat menembus 4900 dolar pada tahun 2026, dengan ruang kenaikan yang umumnya dianggap positif.

Menariknya, gelombang pasar ini mengangkat kembali pertanyaan lama: bagaimana memilih antara aset tradisional yang dianggap aman dan aset baru? Logam mulia, dengan sifat fisiknya dan sejarah ribuan tahun, secara alami memiliki aura sebagai aset yang aman. Namun, aset digital seperti Bitcoin juga telah muncul dalam beberapa tahun terakhir, mengklaim bahwa mereka adalah "emas digital" di era baru.

Dari segi potensi nilai tambah, logam mulia terutama bergantung pada dorongan makro; dari segi likuiditas dan inovasi, aset digital menunjukkan daya tarik yang berbeda. Pasar bukanlah pilihan antara satu atau yang lain, semakin banyak investor mulai memikirkan bagaimana melakukan alokasi seimbang antara kedua jenis aset.