Ada sesuatu yang menarik sedang terjadi di pengadilan. Ingat dengan pertempuran tentang pengampunan pinjaman mahasiswa? Nah, pengamat hukum menunjukkan adanya potensi paradoks yang mungkin dihadapi Mahkamah Agung.
Begini: jika para hakim membatalkan kebijakan administratif tertentu dari pemerintahan sebelumnya, tetapi kemudian memberi kelonggaran terhadap langkah tarif dari presiden saat ini, hal itu bisa menimbulkan keheranan. Kita berbicara tentang doktrin Pertanyaan Utama (Major Questions doctrine)—yaitu prinsip hukum yang membatasi kekuasaan lembaga administratif tanpa persetujuan eksplisit dari Kongres.
Doktrin ini belakangan semakin menunjukkan kekuatannya. Pengadilan telah menggunakannya untuk membatasi kekuasaan eksekutif di berbagai bidang kebijakan. Tapi konsistensi dalam hukum itu penting, bukan? Jika standar yang sama tidak diterapkan secara konsisten di berbagai pemerintahan, orang mulai mempertanyakan apakah ini benar-benar soal prinsip hukum atau ada hal lain di baliknya.
Ini bukan sekadar masalah akademis. Cara pengadilan menafsirkan kewenangan eksekutif mempengaruhi segala hal, mulai dari kebijakan perdagangan hingga penegakan regulasi—termasuk bagaimana lembaga mengawasi sektor-sektor baru. Ketika hakim memutuskan apa yang termasuk "pertanyaan besar" yang membutuhkan input dari Kongres, mereka secara tidak langsung menentukan batas kekuasaan administratif.
Selain itu, aspek citra juga penting. Pengadilan bergantung pada persepsi legitimasi. Jika terlihat tidak konsisten secara politik? Itu bukan citra yang baik bagi badan peradilan mana pun yang berusaha tetap netral dari perpecahan partisan.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
12 Suka
Hadiah
12
7
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
HashRateHermit
· 1jam yang lalu
Apa itu Pengadilan Dua Standar
Lihat AsliBalas0
BearMarketSurvivor
· 8jam yang lalu
Membuat standar ganda, ya?
Lihat AsliBalas0
GateUser-bd883c58
· 8jam yang lalu
Pengadilan benar-benar tahu cara memainkan jebakan ini.
Lihat AsliBalas0
YieldHunter
· 8jam yang lalu
Secara teknis, ini terlihat seperti arbitrase regulasi dengan langkah tambahan... ketidakefisienan pasar yang khas, smh
Ada sesuatu yang menarik sedang terjadi di pengadilan. Ingat dengan pertempuran tentang pengampunan pinjaman mahasiswa? Nah, pengamat hukum menunjukkan adanya potensi paradoks yang mungkin dihadapi Mahkamah Agung.
Begini: jika para hakim membatalkan kebijakan administratif tertentu dari pemerintahan sebelumnya, tetapi kemudian memberi kelonggaran terhadap langkah tarif dari presiden saat ini, hal itu bisa menimbulkan keheranan. Kita berbicara tentang doktrin Pertanyaan Utama (Major Questions doctrine)—yaitu prinsip hukum yang membatasi kekuasaan lembaga administratif tanpa persetujuan eksplisit dari Kongres.
Doktrin ini belakangan semakin menunjukkan kekuatannya. Pengadilan telah menggunakannya untuk membatasi kekuasaan eksekutif di berbagai bidang kebijakan. Tapi konsistensi dalam hukum itu penting, bukan? Jika standar yang sama tidak diterapkan secara konsisten di berbagai pemerintahan, orang mulai mempertanyakan apakah ini benar-benar soal prinsip hukum atau ada hal lain di baliknya.
Ini bukan sekadar masalah akademis. Cara pengadilan menafsirkan kewenangan eksekutif mempengaruhi segala hal, mulai dari kebijakan perdagangan hingga penegakan regulasi—termasuk bagaimana lembaga mengawasi sektor-sektor baru. Ketika hakim memutuskan apa yang termasuk "pertanyaan besar" yang membutuhkan input dari Kongres, mereka secara tidak langsung menentukan batas kekuasaan administratif.
Selain itu, aspek citra juga penting. Pengadilan bergantung pada persepsi legitimasi. Jika terlihat tidak konsisten secara politik? Itu bukan citra yang baik bagi badan peradilan mana pun yang berusaha tetap netral dari perpecahan partisan.